1.Perubahan dan
Pengembangan Organisasi
-Kekuatan-kekuatan
Penyebab Perubahan
a)
Kekuatan-kekuatan eksternal
Perubahan organisasi terjadi karena adanya perubahan-perubahan dalam berbagai variable eksternal seperti system politik, ekonomi, teknologi, pasar, dan nilai-nilai. Kenaikan biaya dan kelangkaan berbagai SDA, keamanan karyawan dan peraturan-peraturan anti polusi, boikot pelanggan adalah beberapa contoh factor-faktor lingkungan yang merubah kehidupan orang baik sebagai karyawan maupun langgganan dalam tahun-tahun terakhir. Berbagai kekuatan eksternal dari kemajuan teknologi sampai kegiatan-kegiatan persaingan dan perubahan pola kehidupan, dapat menekan organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan metode operasinya.
b) Kekuatan-kekuatan internal
Kekuatan-kekuatan pengubah internal merupakan hasil dari factor-faktor seperti tujuan, strategi, kebijaksanaan manajerial dan teknologi baru serta sikap dan perilaku para karyawan. Sikap dan ketidak puasan karyawan seperti ditunjukkan dalam tingkat perputaran atau pemogokan, dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam kebijaksanaan dan praktek manajemen
Perubahan organisasi terjadi karena adanya perubahan-perubahan dalam berbagai variable eksternal seperti system politik, ekonomi, teknologi, pasar, dan nilai-nilai. Kenaikan biaya dan kelangkaan berbagai SDA, keamanan karyawan dan peraturan-peraturan anti polusi, boikot pelanggan adalah beberapa contoh factor-faktor lingkungan yang merubah kehidupan orang baik sebagai karyawan maupun langgganan dalam tahun-tahun terakhir. Berbagai kekuatan eksternal dari kemajuan teknologi sampai kegiatan-kegiatan persaingan dan perubahan pola kehidupan, dapat menekan organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan metode operasinya.
b) Kekuatan-kekuatan internal
Kekuatan-kekuatan pengubah internal merupakan hasil dari factor-faktor seperti tujuan, strategi, kebijaksanaan manajerial dan teknologi baru serta sikap dan perilaku para karyawan. Sikap dan ketidak puasan karyawan seperti ditunjukkan dalam tingkat perputaran atau pemogokan, dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam kebijaksanaan dan praktek manajemen
Cara-cara
penanganan perubahan
BERITAJAKARTA
Pertemuan keempat Pimpinan Kota
C40 – Climate Leadership Group di Sao Paulo, menghasilkan keputusan yang cukup
menggembirakan dengan ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU)
dengan Bank Dunia yang tujuannya khusus memberikan akses dana pada kota kota
yang berada di negara-negara berkembang guna memerangi perubahan iklim.
Dengan demikian ada perubahan
struktur dalam organisasi Pimpinan Kota C40 – Climate Leadership Group, yang
tadinya terdiri dari perkumpulan C40 kota-kota yang bermitra dengan Clinton
Climate Initiative dari Clinton Foundation, sekarang Kota-Kota C40 tersebut
juga bermitra dengan Bank Dunia.
Ketua Pimpinan Kota C40 – Climate
Leadership Group yang juga Walikota New York, Michael Bloomberg,
mengatakan jika kota yang tergabung dalam Kelompok C40 tidak dapat mengukur
jumlah emisi gas rumah kaca di kota masing-masing, maka tidak akan dapat
menanganinya. Pengukuran dan laporan berkala penting untuk melihat kemajuan
yang telah dicapai. “Kita akan sulit untuk mendapatkan dana guna memerangi
perubahan iklim kalau kita tidak tahu berapa besar atau kecil masalah yang kita
hadapi ,” ujarnya, Jumat (3/6).
Strategi Bloomberg tersebut adalah
untuk memberikan kekuatan pada kota-kota Megacity di negara berkembang, yang
tadinya hanya mendapatkan bantuan teknis dari Clinton Climate Initiative
sekarang juga didukung oleh dana dari Bank Dunia. Pada pidato pembukaannya
Bloomberg mengatakan, dari 26 Megacity yang ada di dunia, 14 berada di Asia.
Meskipun semua kota-kota di dunia melakukan berbagai tindakan memerangi
perubahan iklim kenyataannya adalah laju urbanisasi jauh lebih cepat.
“Kota-kota di dunia adalah garis
yang paling depan dalam memerangi perubahan iklim,” tuturnya
Bloomberg yang baru tahun ini
diangkat sebagai ketua Pimpinan Kota C40 menekankan, guna memperkuat posisi
anggota Kota C40, ia akan fokus pada peningkatan kapasitas organisasi dan juga
mengadakan kolaborasi-kolaborasi strategis seperti dengan Bank Dunia yang akan
memberikan keuntungan pada kota-kota berkembang dengan memberikan akses pada
bantuan teknik dan keuangan.
Mantan Presiden AS yang juga
Ketua Clinton Foundation, Bill Clinton, dalam pidato singkatnya mengatakan,
pembangunan berkelanjutan hanyalah satu-satunya cara untuk membangun dan
mempertahankan kota-kota. Bank Dunia akan memberikan kredibilitas pada
proyek-proyek perubahan iklim yang ada di kota kota tersebut. “Bayangkan saja
lima tahun yang lalu siapa yang mau berinvestasi pada pembuangan sampah yang
kemudian limbahnya diramu menjadi energi untuk kota-kota kita?” tanyanya.
Clinton menekankan, pertumbuhan
hijau akan menciptakan lapangan kerja dan menekankan masih banyak yang ragu
akan hal ini tetapi kenyataannya demikian.
Sementara itu, Direktur Bank
Dunia, Robert Zoellick, mengatakan sekarang ini Bank Dunia sudah banyak
memberikan akses pada kota kota berkembang untuk menangani perubahan iklim.
Dalam tiga tahun terakhir saja Bank Dunia memberikan akses dana sebesar U$ 6,4
miliar. Zoellick mengatakan dengan MoU ini bantuan akan lebih terarahkan
melalui satu jalan.
Zoellick menjelaskan, Mou ini
akan dapat membantu kota-kota berkembang dalam dua hal. Pertama membantu
kota-kota menciptakan rencana tindakan kota perubahan iklim. Kedua, membantu
kota-kota berkembang untuk membuat standarisasi laporan-laporan emisi, dan
laporan ini yang akan melaporkan pengukuran emisi rumah kaca secara berkala
sehingga akan memberikan akses pada pendanaan dari Bank Dunia.
Yang menarik adalah pada
pertemuan Pimpinan Kota C40 – Climate Leadership Group ini, sebuah survei yang
dilakukan berdasarkan informasi yang diberikan anggota Kota C40, yang mensurvei
11 sektor, ditemukan dari 36 kota yang menjawab survei ini, sebanyak 4.743
tindakan telah diambil 36 kota guna menangani perubahan iklim tahun lalu. Ini
membuktikan anggota Kota C40 ini aktif memerangi perubahan iklim. Bila jumlah
penduduk dari keempat puluh kota ini semua dijumlahkan maka totalnya 297 juta
orang.
Hadir mewakili Pemprov DKI Jakarta
dalam pertemuan Pimpinan Kota C40 – Climate Leadership Group ini adalah, Deputi
Gubernur Bidang Industri, Perdagangan dan Transportasi, Sutanto Suhodho, dan
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda), Sarwo Handayani.
Dalam pertemuan dua tahunan ini,
para pimpinan 40 kota beserta para pejabat yang datang saling bertukar pikiran
serta berbagi pengalaman mengenai tantangan perubahan iklim yang dihadapi dan
cara-cara yang telah berhasil dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
-Penolakan
terhadap perubahan
Penanganan penolakan terhadap perubahan:
1. Pendidikan dan Komunikasi.
Biasa digunakan bila ada kekurangan informasi atau ketidakpastian informasi dan analisis.
2. Partisipasi dan Keterlibatan.
Biasa digunakan bila pengambilan inisiatif tidak mempunyai semua informasiyang dibutuhkan umtuk merancang perubahan dan oranglain mempunyai kekuasaan untuk menolak.
3. Kemudahan dan Dukungan.
Biasa dilakukan bila orang – orang pendakkan karna masalah – masalh adaptasi atau penyesuaian.
4. Negosiasi dan Persetujuan.
Biasa digunakan bila banyak dari orang atau kelompok dengan kekuatan cukup besar untuk menolak akan kalah dalm suatu perubahan.
5. Manipulasi dan Bekerjasama.
Biasa digunakan bila taktik – taktik lain dirasa kurang bekerja maksimal dan di sisi lain biaya atau cost yang dikeluarkan besar .
6. Paksaan eksplisit dan implisit.
Biasa digunakan bila kecepatan adalah hal yang paling penting dan para pengusul mempunyai kekuasaan yang besar.
1. Pendidikan dan Komunikasi.
Biasa digunakan bila ada kekurangan informasi atau ketidakpastian informasi dan analisis.
2. Partisipasi dan Keterlibatan.
Biasa digunakan bila pengambilan inisiatif tidak mempunyai semua informasiyang dibutuhkan umtuk merancang perubahan dan oranglain mempunyai kekuasaan untuk menolak.
3. Kemudahan dan Dukungan.
Biasa dilakukan bila orang – orang pendakkan karna masalah – masalh adaptasi atau penyesuaian.
4. Negosiasi dan Persetujuan.
Biasa digunakan bila banyak dari orang atau kelompok dengan kekuatan cukup besar untuk menolak akan kalah dalm suatu perubahan.
5. Manipulasi dan Bekerjasama.
Biasa digunakan bila taktik – taktik lain dirasa kurang bekerja maksimal dan di sisi lain biaya atau cost yang dikeluarkan besar .
6. Paksaan eksplisit dan implisit.
Biasa digunakan bila kecepatan adalah hal yang paling penting dan para pengusul mempunyai kekuasaan yang besar.
-Proses
Pengelolaan Perubahan
Proses pengelolaan perubahan
harus mencakup dua gagasan dasar untuk mencapai efektifitas organisasi. Pertama
ada retribusi kekuasaan dalam struktur organisasi, kedua retribusi ini
dihasilkan dari proses perubahan yang bersifat pengembangan.
Tahap-tahap Proses
Perubahan
1. Tekanan dan desakan
Proses ini dimulai ketika
manajemen puncak mulai merasa adanya kebutuhan atau tekanan akan perubahan.
Misalnya adanya perubahan penjualan, penurunan produktivitas dan sebagainya.
2. Intervensi dan Reorientasi
Digunakan untuk merumuskan
masalah dan dimulai proses dengan membuat para anggota organisasi memusatkan
perhatiannya pada masalah tersebut. Pihak-pihak luar sering digunakan, juga
staff internal yang mempunyai dan dipandang ahli serta dapat dipercaya sebagai
konsultan atau pengantar perubahan.
3. Diagnosa dan pengenalan masalah
Informasi dikumpulkan dan
dianalisa mana yang penting dan tidak penting.
4. Penemuan dan pengenalan masalah
Pengantar perubahan mencoba
menyelesaikan masalah-masalah yang diketemukan dan masuk akal dengan
menghindari “metode-metode lama yang sama”. Bawahan didorong dan diajak untuk
berpartisipasi, sehingga mereka lebih terikat pada serangkaian kegiatan.
5. Percobaan dan hasil
Pada tahap keempat diuji dalam
program-program yang berskala kecil dan hasilnya dianalisa.
6. Pungutan dan penerimaan
Setelah diuji dan sesuai dengan
keinginan, harus diterima secara sukarela dan harus menjadi sumber penguatan
dan menimbulkan keterikatan pada perubahan.
-Berbagai
pendekatan perubahan organisasi
Menurut Harolod J. Leavitt menyatakan bahwa Organisasi dapat diubah melalui pengubahan struktur , teknologi dan atau orang-orangnya.
1. PENDEKATAN STRUKTUR :
pengubahan struktur orgaisasi menyangkut modifikasi dan pengaturan
sistem internal, seperti acuan kerja,
ukuran, dan komposisi kelompok kerja, sistem komunikasi, hubungan-hubungan
tangggung jawab atau wewenang.
Pendekatan struktural dibagi
menjadi tiga kelompok yang
terdiri dari :
A. Aplikasi prinsip-prinsip perancangan Organisasi klasik ;
Para teoritis klasik berusaha untuk memperbaiki prestasi organisasi melalui
perumusan secara jelas dan hati-hati tanggung jawab jabatan para anggota
organisasi. Mereka menekankan pentingnya penciptaan pembagian kerja dan garis
wewenang yang tepat. Pada saat sekarang, banyak manajer masih dapat memperbaiki
prestasi organisasi mereka dengan pengubahan rentang manajemen, deskripsi
jabatan, bidang-bidang tanggung jawab, hubung –hubungan pelaporan, dan
sebagiannya.
B. Desentralisasi
Pendekatan ini berusaha menciptakan satuan –satuan organisasi yang lebih
kecil dan dapat berdiri sendiri dan memusatkan perhatian pada kegiatan yang
berorientasi tinggi.
C. Aliran Kerja
Pendekatan ini didasarkan pada
pemikiran bahwa aliran kerja dan pengelompokan keahlian yang tepat akan
berakibat kenaikan produktifitas secara langsung dan cendeung memperbaiki
semangat kepuasan kerja.
2. PENDEKATAN TAKNOLOGI
Untuk memperbaiki prestasi
organisasi F.W.Taylor dan pengikutnya mencoba menganalisa dan memperbaiki
interaksi-interaksi pada karyawn dan mesein-mesin untuk meningkatkan efisiensi
sehubungan dengan perubahan teknologi adakalanya perubahan yang dilakukan
ternyata sering tidak cocok dengan struktur organisasi. Hal ini dapat
menciptakan ketidak senangan dan pemuusan hubungan diantara para anggota organisasi
akibatnya terjadi penurunan produktivitas labih banyak kecelakaan dan tingkat
perputaran karyawan yang tinggi.
Penggabungan pendekatan
struktural dan pendekatan tekhnologi (teknostruktural) bermaksud memperbaiki
prestasi melalui perubahan berbagai aspek, baik struktur organisasi maupun
teknologuinya, contohnya pengenalan teknologi baru yang diikuti
pengorganisasian kembali bagiab-bagian menjadi kelompok-kelompok lebih kecil.
Contoh-contoh pendekatan
perubahan teknonsrtuktural lain adalah perluasan jabatan dan pengembangan
jabatan. Dengan program ini, tugas-tugas yang membuat suatu jabatan, cara-cara
berbagai tugas dilaksanakan, dan hubungan-hubungan karyawan diubah untuk
memperbaiki kepuasan karyawan dan barang kali meningkatkan produktivitas. Dalam
pengembangan jabatan, berbagai kegiatan dari suatu bagian vertikal organisasi
digabungkan menjadi satu jabatan untuk membuatnya lebih menantang.
-Konsep
pengembangan Organisasi
A.
PENGERTIAN PENGEMBANGAN ORGANISASI
Ada beberapa pengertian mengenai
Pengambangan Organisasi, yaitu:
- Pengembangan Organisasi merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian perencanaan perubahan yang sistematis yang dilakukan secara terus-menerus oleh suatu organisasi
- Pengembangan Organisasi merupakan suatu pendekatan situasional atau kontingensi untuk meningkatkan efektifitas organisasi
- Pengembangan Organisasi lebih menekankan pada sistem sebagai sasaran perubahan
- Pengembangan Organisasi meliputi perubahan yang sengaja direncanakan
Pengembangan organisasi mengukur
prestasi suatu organisasi dari segi efisiensi, efektifitas dan kesehatan:
- Efisien dapat diukur dengan perbandingan antara masukan dan keluaran, yang mengacu pada konsep Minimaks (Masukan minimum dan keluaran maksimum)
- Efektifitas adalah suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya artinya kesejahteraan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai
- Kesehatan organisasi adalah suatu fungsi dari sifat dan mutu hubungan antara para individu dan organisasi yaitu hubungan yang dinamis dan adaptabilitas
B. TUJUAN PENGEMBANGAN ORGANISASI
- Menciptakan keharmonisan hubungan kejra antara pimpinan dengan staf anggota organisasi
- Menciptakan kemampuan memecahkan persoalan organisasi secara lebih terbuka
- Menciptakan keterbukaan dalam berkomunikasi
- Merupakan semangat kerja para anggota organisasi dan kemampuan mengendalikan diri
2.
Sumber Konflik
Ada beberapa hal yang merupakan sumber konflik adapun konflik itu terjadi di tengah masyarakat disebabkan[1] :
- Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Pada tengah masyarakat Menurut Gibson, Ivancevich, Donnely (1996) membagi konflik atas :
1. Konflik yang Fungsional yaitu pertentangan antara kelompok untuk mempertinggi atau menguntungkan organisasi.
2. Konflik yang tidak fungsional yaitu setiap pertentangan atau interaksi antara kelompok yang menganggu oragnisasi atau upaya pencapaian tujuan organisasi. [2]
Sehingga saya mengambil kesimpulan bahwa sumber konflik terjadi dikarenakan :
1. Tercipta perubahan nilai yang sangat cepat di dalam organisasi atau masyarakat yang menimbulkan pertentangan.
2. kurangnya komunikasi di tengah-tengah masyarakat sehingga menimbulkan terjadinya konflik antar golongan.
3. Muncul kepentingan baik kepentingan golongan maupun individu yang menguntungkan pihak bersengketa untuk diperjuangkan.
Dari ketiga point itu diperlukan manajemen konflik yang digunakan untuk mengatasi konflik atau pertentangan di tengah masyarakat atau golongan sehingga tidak menganggu situasi dan kondisi suatu masyarakat atau golongan yang dapat menimbulkan perpecahan, kerusuhan, tindakan negatif yang dapat merugikan golongan atau individu tersebut.
http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1968:manajemen-konflik-di-indonesia-perlukah&catid=159:artikel-kontributor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar